INTERNATIONAL CONFERENCE ON EDUCATIONAL RESEARCH AND INNOVATION (ICERI) 2016

Iceri 2016

Penelitian merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa. Indonesia sebagai negara yang dikenal sebagai negara keragaman mega dengan kekayaan sumber daya alam yang luar biasa tidak akan ekonomi selamanya bergantung sumber daya alam. Pergeseran paradigma dari ekonomi berbasis sumber daya menjadi ekonomi berbasis penelitian adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari lagi. Tapi untuk mendapatkan ekonomi berbasis penelitian, kita masih menghadapi tantangan ke depan yang harus segera menemukan solusi. Demikian dikatakan Direktur Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti Dr. Ir. Muhammadi Dimyati, M.Sc dalam The 4th International Conference on Educational Research and Innovation (ICERI) di Hotel UNY Rabu 11 Mei 2016. Lebih lanjut dikatakannya bahwa pendidikan merupakan salah satu portofolio terbesar pada beberapa pemerintah negara dan merupakan salah satu yang berpotensi memberikan keuntungan terbesar untuk sebuah negara melalui perolehan keterampilan, penelitian dan pengembangan. “Akibatnya, tidak mengherankan bahwa pemerintah menjadi semakin tertarik untuk mengoperasikan, karena dapat meningkatkan sosial dan ekonomi. “Pendidikan tidak hanya memberikan potensi ekuitas yang lebih besar, mobilitas dan kohesi sosial” kata Dr. Ir. Muhammadi Dimyati, M.Sc “Tetapi juga dalam meningkatkan pembentukan dan pengembangan keterampilan”. Penilaian kualitas penelitian pendidikan sekarang memainkan peran yang semakin penting dalam menentukan dana untuk mendukung penelitian.

Kegiatan dibuka oleh Ketua LPPM UNY Dr. Suyanta, diikuti oleh 165 peserta dan 74 pemakalah dari seluruh Indonesia serta manca negara seperti Turki, Filipina, Malaysia.ICERI yang berlangsung selama 2 hari ini dilaksanakan dalam rangka Dies Natalis UNY ke-52, yang bertujuan mempertemukan praktisi, ilmuwan, pendidik dan mahasiswa untuk berbagi  pengalaman, ide-ide baru, dan temuan penelitian tentang semua aspek pendidikan, penelitian dan inovasi. “Juga mendiskusikan tantangan praktis yang dihadapi serta solusi yang diadopsi untuk mengembangkan kemanusiaan dan kualitas hidup manusia” kata Dr. Suyanta.

Prof. Drs. Toho Cholik Mutohir, MA., Ph.D. dalam makalahnya mengatakan bahwa pendidikan jasmani dan olahraga sebagai bagian integral dari pendidikan berperan penting untuk mengembangkan diri. Tujuannya adalah untuk mengembangkan kompetensi sehingga semua anak dapat memahami apa yang mereka lakukan secara efisien, efektif dan aman. Melalui program pendidikan jasmani yang berkualitas, anak-anak belajar bagaimana menggabungkan literasi fisik, berkegiatan secara aman dan sehat dalam kehidupan mereka. Program-program ini meningkatkan fisik, mental, dan pengembangan sosial emosional setiap anak dan membantu mereka memahami, meningkatkan, dan  mempertahankan kesehatan. “Pendidikan jasmani dan kurikulum olahraga perlu direstrukturisasi sesuai dengan standar internasional” kata Rektor IKIP Mataram tersebut. Implementasinya adalah merancang kurikulum pendidikan jasmani baru dengan baik, penyediaan pelatihan yang sesuai untuk guru serta fasilitas pendukung yang penting sebagai strategi keberhasilan peningkatan kualitas program pendidikan jasmani dan olahraga. “Melanjutkan pengembangan profesional atau pelatihan in-service untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensi guru harus dilakukan secara sistematis berdasarkan kebutuhan mereka” tutupnya.

Pemakalah lainnya Derek W. Patton, Ph.D dari Asia-Pacific Network for Moral Education mengatakan dalam paparannya bahwa di Australia 22% dari anak sekolah di tahun pertama rentan mengalami gangguan internal seperti pemalu, depresi atau gangguan eksternal seperti bullying, agresif atau keras kepala. Juga gagal mengembangkan kepekaan sosial. Bahkan pada akhir usia sekolah, 26,4% pemuda umur 16-24 tahun terlibat penyalah gunaan obat dan alkohol. “The Virtues Project menyediakan guru berwawasan untuk mengidentifikasi anak-anak yang beresiko tinggi untuk membantu mereka bertahan menghadapi tantangan tersebut” kata Derek W. Patton, Ph.D. Mereka membantu mengubah perilaku mulai siswa TK hingga SD berumur 12 tahun dari suku Aborigin dan Torres Strait Islander. "Seluruh pengalaman dengan Virtues Project telah sangat positif untuk mengubah perilaku" katanya. Menyitir penelitian di Selandia Baru tentang bagaimana para guru mengaplikasikan strategi ini untuk menghilangkan perilaku bermasalah pada anak. Para guru ini kemudian melatih orang tua dalam strategi yang sama. Guru senang mengajar dan orang tua siswa menerima saran dari mereka. Tercatat 70 sekolah di Selandia Baru menggunakan proyek ini, dan sejumlah dari mereka telah menjadi subyek penelitian karena telah menunjukkan perubahan dramatis perilaku siswa. (dedy)

Tags: